Sumber : http://m-wali.blogspot.com/2011/04/membuat-readmore-otomatis-di-blog.html#ixzz1ghJyPzUY
CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 03 Juli 2012

PENDIDIKAN, BUDAYA DAN MORAL YANG HARUS KITA JAGA


Di artikel ini saya akan membahas tentang kejadian di Indonesia yang belum lama-lama ini terjadi dan sangat merusak moral bangsa Indonesia. Yaitu pornografi dan porno aksi yang dilakukan oleh artis papan atas di Indonesia. Masyarakat sangat geram dengan kejadian tersebut, sehingga terjadilah demo besar-besaran dimana-mana. Bahkan kepala Negara kita Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono sangat menyesalkan bahwa informasi mengenai video porno itu menyebar ke seantero jagad. Seperti tidak ada  kabar baik di Indonesia  yang tersisa, ujar SBY.
Dilihat dari sisi Molaritas dan tata karma, para orangtua dan pemuka agama supaya dapat menjaga moral dan budi pekerti bangsa ini. Gara-gara kasus video porno itu, nama Indonesia di luar negeri sangat terkenal tercemar. Di dalam Negeri peredaran video porno itu di jual bebas, sehingga anak dibawah umurpun dapat membeli atau mendapatkannya dengan mudah.
Pertanyaannya, ketika Indonesia ini sudah mengglobal, bahkan Indonesia sekadar menjadi kampung dari dunia global, di mana apa pun yang terjadi di kampung global itu belahan dunia lain ikut mengetahuinya, siapakah yang kemudian menjadi penjaga moral bangsa ini?
Bahwa penjaga moral bangsa ini bukan hanya para orangtua dan pemuka agama saja, melainkan juga kita semua warga negara Indonesia, termasuk para pemimpin baik formal maupun informal termasuk guru tentunya, yang masih memiliki moralitas. Apa moralitas bangsa Indonesia? Tak lain dan tak bukan adalah Pancasila.
Pendidikan karakter, budaya, dan moral sudah lama didengungkan oleh para pendidik kita dan telah lama juga dirintis oleh Ki Hajar Dewantara dengan tri pusat pendidikannya yang menyebutkan bahwa wilayah pendidikan guna membangun konstruksi fisik, mental, dan spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari:
1.    lingkungan keluarga 
2.   lingkungan sekolah
3.   lingkungan Sosial
Ketika pendidikan di lingkungan keluarga mulai sedikit diabaikan dan dipercayakan penuh kepada lingkungan sekolah, serta lingkungan sosial yang makin kehilangan kesadaran bahwa aksi mereka pada dasarnya memberikan pengaruh yang besar pada pendidikan seorang individu. Maka lingkungan sekolah (guru) menjadi garda terakhir yang terengah-engah memanggul kepercayaan tersebut.
Orang tua semakin tidak peduli dengan pendidikan anaknya yang semakin hari semakin tergerus oleh lingkungan sosial yang merusak dirinya dan hilangnya rasa hormat kepada guru yang selama ini membimbingnya di sekolah. Mereka lebih menghargai teman yang menurutnya memberikan warna bagi kehidupannya.
Jika kita mengajukan pertanyaan umum tentang siapakah yang berada di garis terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan karakter, budaya, dan moral. Semua sepakat bahwa gurulah yang menjadi frontliner. Kesejahteraan suatu bangsa yang ditopang oleh pilar kemajuan teknologi dan ekonomi sangat bergantung pada kemajuan pendidikan karena sistem yang dibangun suatu negara tidak akan berhasil tanpa dukungan SDM yang berkualitas.
Peran guru menjadi sangat esensial dalam perspektif pengembangan pendidikan karakter, budaya, dan moral bangsa melalui proses pendidikan yang berkualitas termasuk didalamnya adalah pendidikan moral, budaya, dan karakter bagi semua peserta didik.
Melalui pendidikan karakter, pendidikan budaya, dan pendidikan moral yang berkelanjutan dan sungguh-sungguh akan menghasilkan watak dan manusia Indonesia yang seutuhnya. Di satu sisi, guru berusaha dengan gigih untuk memberikan teladan bagi peserta didiknya, dan di sisi lain, pemerintah dan juga stakeholder membantu dalam meningkatkan moral, budaya, dan karakter peserta didik.
Dengan demikian akan terbina budaya kerja gotong - royong dalam rangka kemajuan bersama. Guru, digugus dan ditiru, bukan hanya menjadi slogan atau simbol semata, melainkan akan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya. “Sebuah PR berat untuk kita semuanya terutama untuk saya tentunya”.


0 komentar: