Di artikel ini saya akan membahas
tentang kejadian di Indonesia yang belum lama-lama ini terjadi dan sangat
merusak moral bangsa Indonesia. Yaitu pornografi dan porno aksi yang dilakukan
oleh artis papan atas di Indonesia. Masyarakat sangat geram dengan kejadian
tersebut, sehingga terjadilah demo besar-besaran dimana-mana. Bahkan kepala
Negara kita Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono sangat menyesalkan bahwa informasi
mengenai video porno itu menyebar ke seantero jagad. Seperti tidak ada kabar baik di Indonesia yang tersisa, ujar SBY.
Dilihat dari sisi Molaritas dan tata
karma, para orangtua dan pemuka agama supaya dapat menjaga moral dan budi
pekerti bangsa ini. Gara-gara kasus video porno itu, nama Indonesia di luar
negeri sangat terkenal tercemar. Di dalam Negeri peredaran video porno itu di
jual bebas, sehingga anak dibawah umurpun dapat membeli atau mendapatkannya
dengan mudah.
Pertanyaannya, ketika Indonesia ini
sudah mengglobal, bahkan Indonesia sekadar menjadi kampung dari dunia global,
di mana apa pun yang terjadi di kampung global itu belahan dunia lain ikut
mengetahuinya, siapakah yang kemudian menjadi penjaga moral bangsa ini?
Bahwa penjaga moral bangsa ini bukan
hanya para orangtua dan pemuka agama saja, melainkan juga kita semua warga
negara Indonesia, termasuk para pemimpin baik formal maupun informal termasuk
guru tentunya, yang masih memiliki moralitas. Apa moralitas bangsa
Indonesia? Tak lain dan tak bukan adalah Pancasila.
Pendidikan karakter, budaya, dan
moral sudah lama didengungkan oleh para pendidik kita dan telah lama juga
dirintis oleh Ki Hajar Dewantara dengan tri pusat pendidikannya yang
menyebutkan bahwa wilayah pendidikan guna membangun konstruksi fisik, mental,
dan spiritual yang handal dan tangguh dimulai dari:
1.
lingkungan keluarga
2.
lingkungan
sekolah
3.
lingkungan
Sosial
Ketika pendidikan di lingkungan
keluarga mulai sedikit diabaikan dan dipercayakan penuh kepada lingkungan
sekolah, serta lingkungan sosial yang makin kehilangan kesadaran bahwa aksi
mereka pada dasarnya memberikan pengaruh yang besar pada pendidikan seorang
individu. Maka lingkungan sekolah (guru) menjadi garda terakhir yang
terengah-engah memanggul kepercayaan tersebut.
Orang tua semakin tidak peduli dengan
pendidikan anaknya yang semakin hari semakin tergerus oleh lingkungan sosial
yang merusak dirinya dan hilangnya rasa hormat kepada guru yang selama ini
membimbingnya di sekolah. Mereka lebih menghargai teman yang menurutnya
memberikan warna bagi kehidupannya.
Jika kita mengajukan pertanyaan umum
tentang siapakah yang berada di garis terdepan dalam peningkatan mutu
pendidikan karakter, budaya, dan moral. Semua sepakat bahwa gurulah yang
menjadi frontliner. Kesejahteraan suatu bangsa yang ditopang oleh pilar
kemajuan teknologi dan ekonomi sangat bergantung pada kemajuan pendidikan
karena sistem yang dibangun suatu negara tidak akan berhasil tanpa dukungan SDM
yang berkualitas.
Peran guru menjadi sangat esensial
dalam perspektif pengembangan pendidikan karakter, budaya, dan moral bangsa
melalui proses pendidikan yang berkualitas termasuk didalamnya adalah
pendidikan moral, budaya, dan karakter bagi semua peserta didik.
Melalui pendidikan karakter,
pendidikan budaya, dan pendidikan moral yang berkelanjutan dan sungguh-sungguh
akan menghasilkan watak dan manusia Indonesia yang seutuhnya. Di satu sisi,
guru berusaha dengan gigih untuk memberikan teladan bagi peserta didiknya, dan
di sisi lain, pemerintah dan juga stakeholder membantu dalam meningkatkan
moral, budaya, dan karakter peserta didik.
Dengan demikian akan terbina budaya
kerja gotong - royong dalam rangka kemajuan bersama. Guru, digugus dan ditiru,
bukan hanya menjadi slogan atau simbol semata, melainkan akan menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat di sekitarnya. “Sebuah PR berat untuk kita
semuanya terutama untuk saya tentunya”.
0 komentar:
Posting Komentar